Strategi Jitu Minim Risiko Berinvestasi Reksadana

Sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang Rahasia Reksadana maka pada tulisan kali ini penulis ingin membagi sedikit strategi sederhana tapi jitu 🙂 memulai investasi reksadana dengan risiko minimal bagi pemula, berdasarkan apa yang penulis alami. Secara prinsip, tips dan trik ini bisa juga diaplikasikan bagi yang ingin melakukan investasi di luar reksadana.

Strategi sederhana ini dapat digunakan untuk menilai kinerja sebuah produk reksadana yang ditawarkan tanpa harus mendalami dan melakukan analisa fundamental dan teknikal.

Dalam artikel ini tidak diuraikan mengenai definisi reksadana dan istilah-istilah yang ada di dalamnya, karena semuanya bisa di cari di google. Jadi googling saja ya…

Secara umum acuan kita melakukan bisnis dan investasi adalah ‘return’ dan ‘risk/risiko’. Dari keduanya, dapat kita ‘turunkan’ sebuah ‘profil’ yang dapat menjadi dasar bagi kita dalam memilih produk bisnis dan investasi. Para pakar dan praktisi membagi profil ini menjadi tiga yaitu:

  • ‘konservatif’, bagi yang menginginkan return dengan risk rendah.
  • ‘moderat’, bagi yang menginginkan return mendekati tinggi dengan risk tetap terukur
  • ‘agresif’, bagi yang menginginkan return tinggi meskipun harus dengan risk yang tinggi
    juga
  • Untuk langkah awal, sebaiknya jangan dulu terpaku pada ‘potensi return’ yang akan dihasilkan oleh reksadana tersebut. Mengapa? Karena ‘return’ berbanding lurus dengan ‘risk/risiko’. Sementara ‘tingkat keilmuan’ kita sebagai pemula tentunya belum sepadan atau belum mampu memahami dan menanggung risiko yang membayangi return nya. Pada masa-masa awal , titik beratnya sebaiknya ada pada potensi risk yang dapat terukur oleh investor masing-masing.

    Ada yang beranggapan bahwa masalah keilmuan kita serahkan pada ahlinya, dalam hal reksadana tentu ini pada Manajer Investasinya. Hal ini tidak sepenuhnya salah dan dilarang. Karena keputusan akhir di tangan investor masing-masing. Tapi yang disayangkan dengan prinsip seperti ini adalah tidak tercapainya tujuan investasi kita, baik itu karena dalam perjalanannya terjadi penipuan maupun murni berasal dari risiko investasi yang kita pilih.

    Dalam bisnis dan investasi ada dua komponen utama yaitu investor dan manajer/pengelola. Kolaborasi kedua komponen ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang ‘memberi warna’ bagi ‘return dan risk’ bisnis dan investasi tersebut. Investor berkontribusi langsung pada ‘return’ dan Manajer berkontribusi langsung pada ‘risk’.

    Karena dalam hal ini kita telah memilih reksadana sebagai kendaraan investasi kita, untuk mencapai tujuan (baca: return) dengan selamat dan tepat waktu atau bahkan lebih cepat, maka pemilihan jalan (baca: racikan dan strategi —-yang dalam area reksadana terlihat sebagai “produk reksadana terbitan Manajer Investasi” —-) harus memiliki komposisi yang tepat untuk meminimalkan ‘risk’ di tengah perjalanan yang penuh ketidakpastian. Hal ini sangat berkaitan dengan ‘keahlian Manajer Investasi’ sebagai penggerak dan pengelola dana.

    Dari uraian di atas, jika ingin berinvestasi pada reksadana dengan risiko minimal maka harus dengan menganalisa kinerja produk reksadana itu. Karena kinerja reksadana sangat ditentukan oleh kualitas kerja Manajer Investasinya, maka yang harus menjadi fokus analisa awal kita adalah pada bagaimana cara mengenali Manajer Investasi yang ‘tepat’ untuk kita sebagai pemula dalam mencapai tujuan investasi. Tapi untuk mengetahui kualitas Manajer Investasi ini tidak bisa hanya dengan melihat laporan keuangan dan membaca analisa mereka tentang berbagai sentimen pasar.

    Nah berikut ada panduan untuk mengenali Manajer Investasi yang bisa membantu kita mendapatkan/ mendekati kondisi ideal yaitu return yang tinggi dengan risk tinggi tapi terukur :

    1.Mencari informasi dan rekomendasi dari pakar dan praktisi ttg produk reksadana yang sering memberikan return tinggi/positif
    Setelah memperoleh rekomendasinya—tetap dipertimbangkan, maka mulailah mendatangi Perusahaan Manajemen Aset yang menerbitkan produk reksadana tersebut atau Agen Penjual produk tsb seperti bank-bank tertentu. Minta waktu untuk membaca dan mempelajari prospektusnya / beberapa prospektus.

    2.Pelajari bagian prospektus yang sifatnya inti
    Maksudnya apa itu yang sifatnya inti? Dalam prospektus dijabarkan semua yang berkaitan dengan produk reksadana yang akan diterbitkan oleh Manajer Investasi. Beberapa hal inti itu adalah :
    2.1. tanggal terbit/lahir produk reksadana.

    Dari tanggal terbit tersebut dapat diketahui umur sebuah produk reksadana. Jika umur produk reksadana tersebut sudah lama, maka pelacakan kinerjanya bisa diperoleh dari lembaga pemeringkat reksadana, tapi tidak semua produk diperingkat.

    Tapi kalau ternyata produk tersebut baru ‘launching’ beberapa bulan atau bahkan baru akan di ‘launching’ bulan yang akan datang, maka pelacakan kinerjanya kalau menurut penulis bisa lebih akurat lagi karena calon investor benar-benar bisa mengikuti perkembangannya secara ‘real-time’.
    Caranya? Karena produk reksadana yang terbit pertama kali memiliki NAB/UP = Rp.1000, maka Investor dapat menghitung sendiri persentase perubahan NAB/UP selama periode misalnya 7hari atau sebulan dengan melihat perkembangannya di situs infovestadotcom, apakah naik atau turun ditengah fluktuasi IHSG (reksadana konvensional) atau JII (reksadana syariah). Kalau tetap positif sementara IHSG/JII turun, maka kemungkinan MAnajer Investasi ini ‘canggih’. Ikuti saja selama minimal 6 bulan.

    Kalau harus mengikuti selama periode tertentu kapan ‘action’nya? Mungkin ada yang bertanya begitu ya. Nah untuk pertanyaan ini, hal inti berikutnya pada prospektus yang harus jadi perhatian calon Investor adalah :
    2.2. kebijakan Investasi yang menyangkut investasi minimum awal, investasi/top up selanjutnya, biaya pembelian dan penjualan, biaya pengalihan, biaya bank kustodian, dll.

    Dari komponen-komponen biaya ini, pilihlah yang investasi minimum awalnya terendah. Mengapa kita sebaiknya memilih yang dana investasi awalnya terendah? Hal ini karena kita sebagai pemula ibaratnya belum ‘mengenali medan’. Tapi karena ‘action’ investasi harus berjalan paralel bersama ‘action’ belajar meminimalkan risiko, maka ‘nafsu kaya instan’ harus diredam dengan mengambil produk yang menawarkan investasi awal terendah. Sekalian juga belajar mengasah naluri terhadap pergerakan pasar modal :).

    Setelah itu tetap pertimbangkan juga minimal top-up nya, biaya pembelian dan penjualan, pengalihan, dll. Temukan kombinasi yang aman dan nyaman bagi keuangan masing-masing.

    Sedikit tambahan, sebelum menerima bukti kepemilikan reksadana dari bank kustodian, sebaiknya jangan dulu melakukan top-up. Mengapa? Karena bukti kepemilikan/unit penyertaan yang diakui otoritas adalah yang dikeluarkan oleh bank kustodiannya bukan catatan Manajer Investasinya apalagi catatan kita he3. Proaktiflah menanyakan bukti kepemilikan/penyertaan unit tersebut. Kontrak keikutsertaan investor itu dalam hal ini adalah dengan bank kustodian. Ingat satu hal : jika investor lalai maka investor yang rugi, jika bank kustodian lalai maka investor juga yang rugi :).
    2. 3. strategi penempatan portofolio dan kemudahan akses ke Manajer Investasi
    .
    Secara teori tentunya semua perusahaan manajemen aset dan manajer investasi personal akan mencantumkan atau memberikan jalur komunikasi yang dapat ditempuh oleh Investor. Tapi sering pada kenyataannya tidak semudah teorinya :). Nah dari hal kecil seperti ini sedikit memberi gambaran karakter Manajer Investasi dan ‘hubungan kerja’ jangka panjang kita. Bahkan bisa menjadi gambaran transparansi strategi pengelolaan dan strategi yang digunakannya dalam meracik portofolio investasi kita. Apakah dia termasuk ‘aktif’ atau ‘pasif’.

    Dan akhirnya sebagai investor pemula kita dapat menemukan ‘exit-strategy’ yang jitu tanpa harus menggantungkan return dan risk sepenuhnya di tangan Manajer Investasi ditengah-tengah fluktuasi pasar. Bahkan andaikata secara ekstrim kita harus melakukan ‘cut-loss’ sekalipun, risiko tetap dapat diminimalkan.

    Hal penting lainnya adalah bagi investor pemula yang memiliki dana besar bisa mencoba dulu investasi reksadana dengan profil return moderat, sejalan dengan investasinya jika tingkat ilmu sudah potensial ‘menghadang’ risiko maka silakan meningkatkan profil menjadi agresif karena potensi return yang tinggi. Yah kecuali bagi yang terlahir di lingkungan ‘pasukan berani mati’ he3 yang tahan guncangan silakan juga.

    Tambahan tips dalam bentuk contoh perumpamaan (bisa diaplikasikan pada investasi awal) : Bagi pemula yang ingin berinternet agar tetap aman tapi nyaman maka biasanya melakukan ‘setting’ awal untuk keamanan pada posisi ‘recomended’ (baca: moderat). Karena jika tingkat keamanan diatur pada posisi ‘high’ (baca: konservatif) maka dia tidak akan bisa menjelajah ‘kemana-mana’ bahkan untuk memasuki website yang aman sekalipun. Sedangkan pengaturan pada posisi ‘low (baca: agresif) maka bebas kemana-mana dengan risiko bertemu virus dimana-mana dan sesering mungkin. Posisi moderat memungkinkan pengguna tersebut untuk selanjutnya melakukan perubahan pengaturan sesuai situasi dan kondisi tanpa menghentikan aktifitas berinternetnya.

    Jadi intisari dari penjabaran strategi bagi investor reksadana pemula di atas adalah

    membentuk pola pikir yang mengutamakan pertimbangan risk sebelum return dan mengambil langkah investasi dengan posisi awal profil moderat sambil meningkatkan ilmu investasinya untuk fleksibilitas exit-strategynya

    Demikian dari penulis, semoga pembaca bisa mendapatkan manfaatnya dan bahkan menemukan lebih banyak lagi cara sederhana sebagai pemula tanpa harus diribetkan dengan analisa teknikal dan fundamental tapi tetap dapat mencapai tujuan investasinya secara optimal, sesuai nama blog ini investasi optimal he3.

    Tagged: , ,

    Leave a comment