Cara Menghindari Penipuan Investasi

Tidak hanya dalam bisnis MLM yang memiliki potensi money game, tapi dalam tawaran investasi pun hal ini mungkin saja terjadi. Selama tidak ada sektor riil tempat menanamkan untuk mengembangkan nilai investasi maka kecenderungannya selalu ada, baik disengaja (skema investasinya) maupun tidak.

Terkadang meskipun sektor riilnya ‘jelas’ tapi tetap saja sering terjadi. Berdasarkan yang berhasil ‘terdeteksi’ 🙂 oleh penulis maka ada beberapa tinjauan yang dapat dilakukan oleh investor untuk menghindari dini penipuan investasi ini, sbb :

1. Keinginan investor yang ‘berlebihan’
Biasanya karena keinginan untuk mudah dan cepat mendapatkan return yang besar maka para investor sering tidak ‘memeriksa’ kondisi real keuangan diri sendiri. Ada yang sebenarnya sedang mengalami ‘luka yang dalam’ (baca: utang kredit lumayan banyak dan bunga besar) tapi memaksakan diri berinvestasi hanya karena iming-iming keuntungan yang besar dan cepat.

Padahal iming-iming tersebut masih bersifat potensial sementara bunga dari utang yang harus dibayarkan sifatnya mutlak.. Keuntungan yang belum pasti ini akan digunakan melunasi atau membayar kredit yang risikonya sudah jelas. Jadi harus tetap realistis.

Kecerobohan lain adalah mempercayakan keputusan investasi pada orang lain yang kurang kompeten. Misalnya berinvestasi hanya karena diajak seseorang tanpa dia sendiri mengenali bidang investasi tersebut. Sebenarnya memang biasanya lebih baik jika ada rekomendasi dari seseorang apalagi yang memang ‘kompeten’ tapi keputusan sebaiknya tetaplah hasil pertimbangan dari investor sendiri.

2. Profil Perusahaan Investasi
Kalau kita ‘meminjam’ ilmu dan prinsip prudensial dari institusi perbankan, keuangan non perbankan, dll, maka mereka hanya akan mengucurkan dana bagi ‘yang memenuhi syarat’. Mereka akan melakukan analisa fundamental dan teknikal ( mirip pasar modal ).

Syaratnya biasanya usaha tersebut minimal telah berjalan dua tahun, dengan komposisi keuangan internal tidak memiliki banyak utang. Jadi dana kreditnya lebih kepada ekspansi atau produksi untuk meningkatkan laba. Dan memiliki aset jaminan dan atau modal penyertaan. Perusahaan ini dinilai lumayan sehat.

Untuk perusahaan yang mencari mitra investor, berarti dalam hal ini perusahaan tersebut memiliki ide yang akan ‘didanai’ bersama oleh bank dana (baca: investor). Maka untuk meminimalisir money gamenya agar tidak berakhir bodong, sebagai investor yang penting untuk diperhatikan adalah :

  • Usia Perusahaan
  • Apakah merupakan perusahaan start-up atau memiliki pengalaman sekian tahun. Penting agar jumlah gelontoran dana lebih sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

  • Fungsi dan peran serta perusahaan tersebut
  • Caritau apakah perusahaan tersebut hanya berfungsi sebagai ‘perantara’ yang tugasnya mencari investor saja atau perusahaan tersebut memiliki peran tertentu selain hanya sekedar perantara.

    Contoh kasus: ada sebuah perusahaan yang mengatakan bergerak di bidang perkebunan, menawarkan investasi bagi hasil. Dana (katanya) akan digunakan untuk menyewa lahan, membeli bibit, dll.

    Sebagai investor langkah awal yang harus dilakukan adalah mengetahui secara jelas dimana lahannya, apakah telah ada pembicaraan dengan pemilik lahan, siapa pemilik lahannya, dll agar tidak terjadi ‘perusahaan itu hanya sekedar menunjukkan lokasi lahan tapi lahan itu milik orang lain alias ngaku-ngaku telah menjalin kerjasama. Jadi lahan ada tapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan perusahaan investasi tersebut.

    Sedangkan jika perusahaan tersebut bukan sekedar ‘perantara’ misalnya merupakan induk dari perusahaan perkebunan itu maka coba liat apakah usianya minimal sudah dua tahun dan bagaimana legalitasnya termasuk AD/ART nya.
    Dari hal ini akan ‘terbaca’ berapa modal penyertaannya (persentase keterlibatan langsung dalam hal dana) dan ‘rasa kepemilikan’ terhadap perusahaan tersebut.

    Rasa kepemilikan sangat penting terutama jika tiba masa-masa sulit sebagaimana investasi pada umumnya yang memang akan mengalami episode sulit. Pemimpin perusahaannya tentu tidak akan kabur begitu saja membawa dana investor karena memiliki ikatan batin dengan perusahaannya.

  • Bidang Usaha
  • Kenali bidang usahanya, agar kita dapat menjadi investor aktif (keterlibatan tidak harus 100%) bagi perkembangan perusahaan

  • Jangka Waktu investasi
  • Maksud dari memperhatikan jangka waktu adalah bahwa sebagai investor kita juga harus mengevaluasi berkala investasi kita jangan diserahkan sepenuhnya pada perusahaan.

    Ibaratnya kita melakukan perjalanan tentu tidak tidur terus sampai ke tujuan bukan ? Beda khan hasilnya pada ‘orang yang tidur’ dan ‘yang melek’ jika tiba-tiba driver melakukan pengereman mendadak?!

    Jadi meskipun investasi kita jangka panjang misalnya selama 5 tahun sebaiknya tidak ‘menyimpan di laci kemudian kunci’ selama 5 tahun. Tetaplah mengikuti progresnya sehingga investor dapat lebih mengambil keputusan yang cepat dan tepat jika terjadi sesuatu (eksternal maupun internal) pada perusahaan (sebelum 5 tahun).

    Tagged: , , ,

    Leave a comment