MLM Itu Baik Ataukah Buruk ?

Mendengar kata MLM apa yang langsung melintas di pikiran kita? Apakah sebagian besar dari kita serasa ingin ‘lenyap’ dan ‘melenyapkan’??

Dari kata ‘marketing’ yang membentuk singkatan MLM ini berarti secara sederhana menunjukkan pemasaran secara jaringan. Pemasaran sistem berjenjang ini dengan bonus-bonus yang diberikan lebih memberikan nuansa ‘saling menghargai’. Berjamaah. Sistem ini dapat mempercepat dan memperluas jangkauan bisnis. Tapi seperti hal-hal pada umumnya, kelebihan ini juga bisa menjadi kekurangannya.
Kita coba bahas secara sederhana dari sudut pandang kekurangannya.

Mengapa pada umumnya orang cenderung tidak bersimpati pada bisnis yang menggunakan marketing skema MLM ini? Berdasarkan yang penulis alami dan ‘renungkan’ maka ada beberapa hal yang menjadi kekurangan sistem ini yang pada akhirnya melahirkan ketidakadilan bagi para anggotanya, yaitu:
Marketer terkesan berlebihan.
Sebagian besar tenaga pemasarnya ‘agresif’ sekali dalam memasarkan produknya, presentasi prospek terkadang tidak mengenal waktu, terutama saat awal-awal booming sistem ini.

Produknya Mahal
Dengan alasan eksklusivitasnya (tidak dijual bebas), maka harga produk cenderung mahal, dan biasanya di pasaran tersedia produk sejenis yang relatif lebih murah dan juga berkhasiat. Sementara para anggota dikejar ‘deadline’ yang dikenal dengan istilah tutup point dalam memasarkan produk-produknya.

Sistem keanggotaan umumnya periodik dan (harus) dimutakhirkan
Meskipun ada yang memberikan masa keanggotaan seumur hidup, tapi sebagian besarnya memiliki batas masa berlaku keanggotaan.

Terkesan Harus Kerja Keras Untuk Bonus
Banyak yang berpendapat bahwa sistem MLM ini cenderung mengarah ke money game. Anggota-anggota terakhir lah yang ‘merana’ karena perputaran uang bukan dari murni penjualan produk.

Dari segi syariah tentu hal ini tidak adil. Tapi bisakah dengan sistem MLM ini unsur syariah yang adil terpenuhi?

Kalau menurut penulis sih InsyaAllah bisa ya..

Caranya dengan sedikit ‘modifikasi’ pada detil sistemnya. Karena sebuah sistem menentukan perilaku semua yang terlibat di dalamnya.Kekurangan-kekurangannya bisa kita minimalkan dengan cara :

Memilih Jenis Produk Yang Sangat Umum
Dalam MLM pada umumnya, produk yang dijual selain harga yang mahal, biasanya hanya cocok untuk kalangan tertentu. Nah jika anggota yang sudah lah keanggotaannya dibatasi, kemudian dalam kurun waktu tertentu belum berhasil menjual produk ke orang lain , belum menemukan tipe konsumen berulang, trus dikejar aturan tutup point pula, anggota jaringan masih kurang, maka bisa dibayangkan betapa merananya. Apalagi jika dia sendiri tidak cocok dengan produk MLM yang dipasarkannya. Alhasil tidak terjadi penjualan. Semakin jauhlah dari bonus.

Dengan memilih produk-produk baik berupa barang maupun jasa yang banyak digunakan dan dibutuhkan orang secara berkelanjutan maka para anggota pemasar tentu tidak akan kesulitan memasarkan produknya, menjaring anggota baru meskipun tanpa iming-iming bonus. Karena dia dan keluarganya memang membutuhkan produk tersebut. Bentuk kaki downline relatif lebih stabil.

Keanggotaan Yang Seumur Hidup
Menarik garis hubung dengan pemilihan jenis produk, maka jika tiba masa perpanjangan keanggotaan, tapi bonus kurang atau tidak dapat, maka semangat yang awalnya membara bisa padam. Jadi untuk mengimbangi eksklusivitas produk, maka sebaiknya keanggotaan berlaku seumur hidup.

Ada beberapa MLM yang menyatakan bahwa pembatasan masa keanggotaan bertujuan agar para anggota fokus. Sebenarnya sih tidak salah juga kalau dipadukan dengan produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi andaikatapun dilakukan pembatasan masa keanggotaan, jika produk memang hal umum dan berkelanjutan tentu tidak masalah. Apalagi kalau MLM itu menerapkan keduanya dalam bisnisnya, trus harga produk kompetitif, maka MLM dalam sistem pemasarannya akan memberikan rasa keadilan pada semua pihak. Otomatis bonus akan mengikuti.

Sistem Keuntungan dan Bonus Yang Fleksibel.
Dengan prinsip dasar skema berjenjang yang sebenarnya sangat mengapresiasi peran anggota ini, maka keuntungan dan bonus yang diperoleh bisa berasal dari yang sifatnya individual (transaksi riil) dan juga dari jaringan yang kita bentuk.

Ada MLM yang menerapkan sistem pembagian bonus berdasarkan keseimbangan bentuk kaki. Akibatnya jika misalnya kaki kanan mengalami pertumbuhan downline (jalur ke bawah) lebih besar dibanding pertumbuhan jalur ke bawah kaki kiri maka upline (misalnya anda) tidak atau belum mendapatkan bonus. Apalagi jika anda belum memiliki downline, meskipun melakukan transaksi.

Fakta lain, kecenderungan ada unsur money game pada MLM adalah anggota terbawah meskipun telah melakukan transaksi dan ‘kerja keras’ mencari downline tetap sulit untuk mendapatkan apresiasi dan keadilan ‘bonus’. Alhasil yang diuntungkan oleh sistem biasanya yang berada di jalur atas.

Untuk mengakomodir ‘keadilan’ bagi anggota downline tanpa mengurangi apresiasi pada anggota upline yang telah merekrut, maka sistem yang selama ini sudah dijalankan dapat dimodifikasi.

Modifikasi sistem untuk bonusnya bisa dilakukan dengan :
1. Memberikan bonus bagi anggota/ anda yang melakukan transaksi produk riil sebelum atau tanpa harus ada downline. Apresiasi pada individunya. Bisa berdasarkan lama keanggotaan atau jika telah mencapai jumlah transaksi tertentu, dan kemudahan lainnya.

2. Sistem pemberian bonusnya pertama kali adalah pada pertumbuhan pada jalur satu kaki ke bawah (kolom) yang selanjutnya baru diduplikasi ke jalur samping (baris). Jadi begitu telah merekrut satu orang, diberikan bonus tertentu. Mengapa dengan hanya satu orang sebaiknya mulai diberikan bonus? Berikut penjelasannya…

Sebagai contoh :
Kita buat analogi ‘perkembang-biakan’ manusia dari orang tua (baca:anda-upline) sampai ke anak pertama (baca: downline pertama)- cucu (baca: downline kedua)- cicit (baca: downline ketiga), dst.

Di atas disebutkan bahwa cukup dengan merekrut satu orang, maka berlaku bonus. Kalau kita menghubungkan dengan analogi manusia dlm kehidupan nyata, bukankah betapa bahagianya jika kita memiliki anak bahkan meskipun itu hanya satu? Kira-kira begitu jugalah jika meskipun baru berhasil merekrut satu orang sudah diberikan bonus.

Tapi bagaimana kalau baru satu orang karena sudah dapat bonus trus dia nya jadi ‘santai’? Tenang saja karena dia pasti akan berpikir bahwa ” hmmm keliatannya harus memperbanyak anak nih, bener ya ternyata banyak anak banyak rejeki”. Otomatis dia akan ‘mencari’ lagi dengan sendirinya tapi dia tetap harus mempertimbangkan kemampuan ‘mengurus anaknya’.Yang harus ditekankan dan diingatkan oleh perusahaan adalah kewajiban moral dalam membina jaringan). Jadi (otomatis juga) dia akan menentukan sendiri batasan jumlah ‘anak’.

Maka jalur ‘anak pertama’ ini yang dibentuk untuk mendapatkan bonus apresiasi jaringan (analoginya bisa menduplikasi sistem waris, hibah, dan ‘birrul walidain’ dalam kehidupan). Bisa dibuat berdasarkan persentase kontribusi penjualan dari semua titik pada jalur (1 kolom) ini terhadap total omzet jalur/jaringan, tanpa perlu menunggu keseimbangan omzet bersama dengan jalur (kolom) yang lain (baca: ‘anak kedua , dst).

Dan agar ‘cicit-cicit’ (baca: anggota-anggota terbawah) bisa merasakan manfaat( bonus) dari usaha jaringan ini dalam waktu relatif cepat maka pemberian bonus jaringan diberikan pada saat jalur ke bawah ini telah mencapai kedalaman maksimal lima atau empat line (baca: telah lahir sampai ke ‘anaknya cicit’).

Mengapa harus dilakukan pembatasan kedalaman line (1 kolom x 5 baris) untuk perhitungannya? Dengan cara ini, semua titik/pihak dari ‘anaknya cicit sampai kepada ‘anda’ bisa mendapatkan bonus jaringan dengan relatif cepat, tanpa harus terpengaruh bagaimanapun bentuk kaki pada jalur ‘anak kedua’ anda (andaikan sudah ada tapi pertumbuhan ke bawah berbeda bentuk dengan jalur ‘anak pertama’). Jadi jaringan ‘anak pertama’ dan ‘anak kedua’, dst tidak saling mempengaruhi. Pengaruh langsungnya adalah kepada ‘anda’ sebagai ‘yang melahirkan’ ( baca: yang merekrut).

Apakah kekompakan jaringan (baca: antar-anak) berkurang? Ga juga kayaknya ya….

Di lain sisi, karena ‘anda’ dalam kehidupan nyata memiliki ‘hubungan darah’/kontribusi anda yang terhitung sudah berkurang dengan ‘cucunya cicit’ (baca:downline kelima) anda sampai ke bawah dan jika yang berkembang banyak adalah jaringan pada titik ini maka untuk ‘ birrul walidain’ (porsi bonus jaringan) untuk anda mulai dari titik ini berkurang atau dapat dialihkan menjadi bonus bagi jaringan ‘cucunya cicit’ anda tersebut di atas. Hitung-hitung buat ‘pemerataan’. Mereka dapat menikmati bonus yang lebih besar apalagi jika diiringi juga dengan transaksi riil yang besar.

Sistem ini selanjutnya diberlakukan (duplikasi) pada jaringan ‘anak kedua’ , ketiga, dst. Ke bawah dulu (kolom) baru ke samping (baris). Mengapa harus ke bawah dulu baru ke samping? Dengan tetap meminjam analogi ‘perkembangbiakan’ manusia, maka misalnya ada keluarga memiliki ‘dua anak’. Kedua anak ini ternyata ada yang baik dan ada yang nakal. Maka apakah Allah SWT lalu menunda pemberian pahala kepada orang tua karena mengharuskan kedua anaknya baik dulu? Apakah Tuhan tidak menghargai orang tua meskipun hanya satu anak yang baik? Kira-kira seperti itu.

Jadi skemanya :

  • bisa merekrut minimal satu orang
  • tidak harus bentuk kaki seimbang, biarkan saja alami sesuai ‘prinsip’ perkembangbiakan manusia
  • penerapan skema ini dilakukan ke jalur bawah baru kemudian ke samping.
  • untuk tujuan keadilan bagi downline terbaru maka dilakukan pembatasan ‘cuplikan jaringan’, dlm cth dibatasi sampai level 5, dan kemudian berulang ke jalur bawah berikutnya (perusahaan di sini harus memperhitungkan juga komposisi yang menjalankan fungsi penjualan ke konsumen dengan jumlah konsumen lepas. Harus ada (berani melakukan) pembatasan distributor. Karena bisnis yang sebenarnya akan berjalan jika jumlah konsumen kebih besar dari distributor.

    Penghitungan total bonus jaringan yang akan dibagi selalu mengacu pada total omzet penjualan pada 1 kolom x 5 baris ( berdasarkan persentase transaksi riil masing-masing). Diharapkan (diusahakan) hal ini dapat menghilangkan bentuk piramida, tapi tetap ‘berjejaring”

  • Kombinasi skema ini relatif bisa mengantisipasi jika ada titik jaringan yang ‘ambruk’ atau tidak aktif tanpa merugikan titik lain. Cocok dengan fluktuasi ( kayak harga saham ya hehehe) ‘bentuk kaki-kaki’ jaringan yang bisa mengalami perubahan bentuk kapan saja. Dalam MLM, yang penuh dengan ketidakpastian adalah ‘bentuk kaki’.

    Jika perusahaan MLM menerapkan sistem yang fleksibel, tidak mempersyaratkan ‘bentuk kaki’ tertentu, maka semua anggota yang terlibat di dalamnya bisa nyaman tanpa merasa ‘terjebak’ dalam ‘kerja paksa’ yang hanya menguntungkan perusahaan.

    Demikian tambahan (terbaru) skema ‘anti-mainstream untuk sistem bonus dari “pengamat MLM” mode on.

    Jadi apakah sistem MLM bisa adil bagi jaringan terbawah? Sebenarnya kembali pada racikan sistem perusahaan MLM bersangkutan.

    Hmm…MLM? siapa takuut…

    Tagged: , ,

    Leave a comment